Kamis, 11 Desember 2014

IPTEK DAN LINGKUNGAN


 IPTEK ( Pengolahan Sampah )
Iptek Lingkungan ialah teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatan dalam kaitannya dengan manjemen lingkungan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersusun sistematis dengan metode tertentu untuk menjelaskan gejala-gejala tertentu pada bidang iptek terhadap linkungan tanpa merusak keseimbangan lingkungan . Upaya pelestarian lingkungan tidak hanya diperlukan saat pembukaan lahan dan penata gunaan tanah. Juga selama kegiatan pembudidayaan sampai ke pengolahan hasil. Pelestarian lingkungan pada semua tahapan produksi perlu menjadi tekad masyarakat, terlebih dalam menghadapi semakin nyaringnya tuntutan pada “produksi hijau”. Selain itu, tekad masyarakat melestarikan lingkungan dapat menjadi perisai terhadap kecaman tentang kerusakan lingkungan perkebunan.
Iptek Lingkungan meliputi:
1.       Pengolahan Sampah.
2.       Pengolahan Limbah.
3.       Konservasi Lingkungan.
4.       Badan Pertanian Teknologi bibit & benih, Rekayasa Genetika.
  • Pengolahan sampah
Tumpukan sampah yang setiap hari bertambah satu hingga 1,5 ton, mulai teratasi menyusul beroperasinya pengelolaan sampah terpadu terutama Jakarta, pengelolaan sampah terpadu mampu mengurangi limbah rumah tangga hingga 60-65 persen, sedangkan 35-40 persen sisanya diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Pengelolaannya harus melibatkan semua warga, oleh karena itu, rumah tangga harus melakukan pemilahan sampah menjadi tiga bagian, yaitu sampah organik (basah) (sisa makanan, sayur), kering (kertas, dus, botol), dan limbah berbahaya seperti aki dan baterai bekas, sprayer
insektisida, serta pembalut wanita.

PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF TEKNOLOGI PENGELOLAAN SAMPAH
Penanganan sampah khususnya di kota-kota besar di Indonesia merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang sampai saat ini merupakan tantangan bagi pengelola kota. Pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitas yang demikian pesat di kota-kota besar, telah mengakibatkan meningkatnya jumlah sampah disertai permasalahannya. Bagian sampah yang tidak terangkut tersebut ditangani oleh masyarakat secara swadaya, atau tercecer dan secara sistematis terbuang ke mana saja. 
Tambah banyak sampah yang dapat diangkut ke TPA bukan pula jaminan bahwa kota akan menjadi makin bersih. Kualitas kebersihan suatu kota, lebih tergantung pada peran serta masyarakatnya untuk menjaga kebersihan kota tersebut. Kebersihan suatu kota biasanya tercermin dari penanganan sampah di tempat-tempat umum seperti di pasar dan sebagainya.
Sampai saat ini andalan utama sebuah kota dalam menyelesaikan masalah sampahnya adalah pemusnahan dengan landfilling pada sebuah TPA. Biasanya pengelola kota cenderung kurang memberikan perhatian yang serius pada TPA tersebut, sehingga muncullah kasus TPA Bantar Gebang di Bekasi dan TPA Keputih di Surabaya.
Aktivitas utama pemusnahan sampah di TPA adalah dengan landfilling. Beragam tingkat teknologi landfilling. Dapat dipastikan bahwa yang digunakan di Indonesia adalah bukan landfilling yang baik, karena hampir seluruh TPA di kota-kota di Indonesia hanya menerapkan apa yang dikenal sebagai open-dumping, yang sebetulnya tidak layak disebut sebagai sebuah cara yang sistematis, dan sama sekali sulit pula disebut sebagai sebuah bentuk teknologi penanganan sampah.
Pengembangan teknologi yang sesuai dengan kondisi Indonesia perlu digalakkan, khususnya yang mudah beradaptasi dengan kondisi sosio-ekonomi masyarakat Indonesia. Teknologi yang berbasis pada peran serta masyarakat tampaknya perlu mendapat prioritas, agar keterlibatan mereka menjadi lebih berarti dan terarah dalam penanganana sampah. Namun pengenalan teknologi yang relatif canggih, padat modal, dan dikenal sangat mampu memusnahkan sampah seperti insinerator, sudah waktunya juga dikaji khusunya bagi kota-kota yang sudah mampu
Sampah menjadi hal yang sangat mengganggu di setiap negara karena berkaitan langsung dengan masalah lingkungan hidup. Taukah Anda bahwa negara Indonesia sendiri pada tahun 2012 pernah menghasilkan 625 juta liter sampah, di setiap harinya? Tentu angka tersebut sangat mengagetkan bagi warga Indonesia. Lalu bagaimana dengan saat ini?
Dengan bertambahnya penduduk di Indonesia, kita bisa lihat sendiri bagaimana kelanjutannya. Pemerintah sendiri sudah mengupayakan untuk meminimalisir angka tersebut. pemerintah mengupayakan untuk membangun beberapa bank sampah sebagai bukti keikutsertaan pemerintah dalam mengurangi jumlah sampah yang ada di Indonesia.
Namun, bila dilihat dari banyaknya masyarakat yang masih kurang peduli akan lingkungan hidup, yang diperlukan dalam masalah ini hanyalah kesadaran diri untuk bisa mengelola sampah sehingga tidak menimbulkan dampak negatif nantinya bagi lingkungan.
Macam Penyakit yang Ditimbulkan.
Sampah dapat menimbulkan banyak hal negatif bagi lingkungan hidup. Tidak hanya lingkungan hidup saja, sampah juga dapat menimbulkan hal negatif bagi manusia. Dampaknya akan mengenai kesehatan tubuh secara langsung dan tidak langung. Tentu beberapa dari Anda sudah mengerti dampak sampah bagi lingkungan hidup seperti adanya pencemaran udara, pencemaran air, gangguan estetika, hingga dampak sosial yang lain. Lalu apa sajakah dampak negatif sampah yang dapat timbul bagi kesehatan?
Dengan adanya sampah yang berlebih, dampak yang ditimbulkan akan menyebabkan penyakit diare, kolera, dan tifus yang dapat menyebar dengan cepat. Hal tersebut dikarenakan adanya sampah yang tidak dikelola dengan benar atau pengelolaan sampah disuatu daerah tidak mencukupi. Selain itu juga bisa menyebabkan adanya penyakit demam berdarah, karena sampah biasanya menjadi sarang berkembang biaknya nyamuk pada daerah yang berkubang air.
Adanya sampah yang tidak dikelola dengan benar, juga dapat menimbulkan jamur dan bakteri. Jamur tersebut bisa menjadi suatu penyakit, seperti jamur yang dapat berkembang pada kulit tubuh. Dampak lain yang sangat tidak diinginkan tentu adanya penyakit yang dapat menyebar pada makanan. Penyakit tersebut ditimbulkan oleh cacing pita atau yang juga disebut dengan taenia. Cacing tersebut masuk kedalam tubuh binatang ternak melalui makanannya, jika makanan hewan tersebut tidak sengaja berasal dari sampah atau sisa makanan.
Dampak yang mengerikan lainnya sudah pasti adanya sampah yang beracun. Terdapat fakta yang sangat mengerikan di Jepang. Terdapat sekitar 40.000 orang yang pada akhirnya meninggal dunia dikarenakan mengkonsumsi ikan yang ternyata mengandung atau terkontaminasi oleh raksa. Raksa tersebut ternyata berasal dari adanya sampah yang dibuang ke laut oleh beberapa pabrik yang memproduksi akumulator dan baterai. Hal ini tentu sangat mengejutkan bagi sebagian orang, mengingat biasanya sampah bukanlah hal yang besar bagi sebagian orang, dan beberapanya justru tidak perduli terhadap sampah.
Sistem Pengelolaan Sampah yang Baik.
Dengan adanya fakta yang demikian, sudah seharusnya masyarakat lebih peduli lagi untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Cara menanggulangi sampah tentu dengan adanya pengelolaan yang baik, dimana sudah seharusnya sampah terangkut semua dari TPS ke TPA. Selain itu, ada baiknya jika pengelolaan sampah dilakukan oleh diri sendiri terlebih dahulu, atau lingkungan kecil dahulu. Hal ini dimaksudkan agar mengurangi sampah yang ada dan ikut serta membantu pemerintah.
Dengan adanya kesadaran tersebut, tentu akan mempengaruhi orang lain disekitar. Selain pengumpulan sampah, Anda yang juga ingin ikut serta dalam pengelolaan sampah dapat membantu dengan pemusnahan sampah. Pemusnahan sampah tersebut dapat dengan ditanam, dibakar atau dijadikan sampah produktif. Saat ini telah banyak orang yang menjadikan sampah sebagai sampah produktif yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan sendiri bagi yang mengelolanya.


http://rikahariany.wordpress.com/2014/01/27/iptek-dan-lingkungan-hidup/
https://jujubandung.wordpress.com/2013/01/06/dampak-negatif-pengelolaan-sampah-buruk/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar