Resensi
"Filosofi Kopi"
Dewi "Dee" Lestari adalah
seorang penyanyi, pengarang lagu, dan penulis. menurut beliau ketika wawancara
banyak yang bertanya "kenapa tiba tiba menulis?". menurutnya konsep
"tiba-tiba" itu seakan-akan kemampuan/minat/bakat yang runtuh dari
langit begitu saja pada suatu malam, dan keesokan paginya beliau menyalakan
komputer dan menulis novel pertamanya "Supernova" bagai orang
kesurupan.
Bagi seorang Dee, menulis adalah
karir panjang yang berjalan secara paralel. beliau menganalogikan karir
menulisnya seperti Wombat. tidak ada yang tau apa yang dikerjakan Wombat selain
keluarganya, teman dekatnya, dan sahabatnya.
Filosofi Kopi adalah kumpulan cerita
dan prosa 1 dekade yang dibuat oleh Dee. dimana dalam buku ini terdapat 18 Bab.
Filosofi Kopi sendiri adalah judul yang diusung Dee pada Bab pertama yang
bercerita tentang Ben seseorang yang pergi berkeliling dunia untuk mencari
koresponden tentang kopi kopi terbaik. Ben pun mengajak temannya yang bernama
Jody untuk membuat suatu kedai kopi yang pertamanya dinamakan "Kedai
Koffie Ben dan Jody" lalu kedai tersebut diubah namanya menjadi
"Filosofi Kopi (Temukan Diri Anda di Sini)", dikarnakan setiap orang
yang minum di tempat tersebut Ben selalu memberikan selembar kertas dan
dituliskannya filosofi filosofi yang dibuat sendiri oleh Ben.
Saya tidak bisa melepas buku ini
sampai semua Bab nya terselesaikan. Dee sangat pandai menggunakan kalimat dan
kata kata yang membuat saya mengucapkan "wiiiiiih" lalu membuat bulu
kuduk saya berdiri. Ide yang dimuat dalam cerita cerita dibuku ini juga
menarik. contohnya pada Bab ke 18 "Rico de Coro" Dee
menceritakan kisah tentang seekor kecoa jantan yang bernama Rico yang notabene
mencintai seorang manusia. Pada Bab ke 2 "Mencari Herman", Dee
menceritakan tentang seorang gadis yang terus menerus mencari lelaki yang
bernama Herman, dan akhirnya gadis tersebut harus meregang nyawa karna seorang
yang bernama Herman.
Dee adalah penulis yang sangat peka
terhadap Ritme dan Tempo dari setiap kalimat yang dia tuliskan, sehingga
pembaca bukunya tidak lelah karna harus mengernyitkan dahi sepanjang cerita
dibukunya tersebut, dan ini merupakan kelebihan selanjutnya dari buku Filosofi
Kopi.
Dalam buku ini Dee juga mencantumkan
beberapa Prosa yang "wiiiiiih". diantaranya pada Bab 3 "Surat
yang Tak Pernah Sampai". Pada bab ini Dee menuliskan beberapa istilah
istilah yang jarang kita dengar dan menurut saya kata kata tersebut adalah kata
yang sangat sastra dan kata yang sangat Scienties, diantaranya
"Stagnan", "Kosmik". satu kalimat yang membuat bulu kuduk
saya berdiri adalah ketika Dee menuliskan:
Kalau saja hidup tidak ber-evolusi,
kalau saja sebuah momen dapat selamanya menjadi fosil tanpa terganggu, kalau
saja kekuatan kosmik mampu stagnan di satu titik, maka... tanpa ragu kamu akan
memilih satu detik bersamanya untuk diabadikan, cukup satu.
cukup lama saya terhenyak ketika
membaca seorang Dee menuliskan beberapa "jika" yang membuat saya
harus menerka, memahami kata kata itu cukup lama. dan ketika saya berhasil
sedikit mengerti maksud tersebut sesaat bulu kuduk saya merinding.
Dee memang seorang penulis yang
menurut saya tulisan nya tidak "Encer" (saya mengambil istilah yang
pernah beliau tuliskan di blognya) tulisannya padat, berisi dan tidak
boros. Dalam buku ini banyak kata kata yang "AHA" (lagi lagi
saya mengambil istilah AHA yang pernah beliau tuliskan di blog nya), kata kata
yang membuat kita harus berfikir sejenak untuk memahami makna kata
tersebut. mungkin dari situlah saya bisa mengambil kekurangan buku ini,
mungkin. jujur saya adalah orang yang sangat menggilai semua karya karya Dee
dan saya sangat setuju dengan pendapat Goenawan Mohammad pada awal buku ini. buku
ini adalah buku yang cerkas, buku yang tidak ruwet, buku yang mematuhi Ejaan
dan Gramar, buku yang ditulis oleh seorang eseis yang menunggu, dibalik seorang
pencerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar