Jumat, 21 November 2014

"Filosofi Kopi"


Resensi "Filosofi Kopi"

  Dewi "Dee" Lestari adalah seorang penyanyi, pengarang lagu, dan penulis. menurut beliau ketika wawancara banyak yang bertanya "kenapa tiba tiba menulis?". menurutnya konsep "tiba-tiba" itu seakan-akan kemampuan/minat/bakat yang runtuh dari langit begitu saja pada suatu malam, dan keesokan paginya beliau menyalakan komputer dan menulis novel pertamanya "Supernova" bagai orang kesurupan.

Bagi seorang Dee, menulis adalah karir panjang yang berjalan secara paralel. beliau menganalogikan karir menulisnya seperti Wombat. tidak ada yang tau apa yang dikerjakan Wombat selain keluarganya, teman dekatnya, dan sahabatnya.

   Filosofi Kopi adalah kumpulan cerita dan prosa 1 dekade yang dibuat oleh Dee. dimana dalam buku ini terdapat 18 Bab. Filosofi Kopi sendiri adalah judul yang diusung Dee pada Bab pertama yang bercerita tentang Ben seseorang yang pergi berkeliling dunia untuk mencari koresponden tentang kopi kopi terbaik. Ben pun mengajak temannya yang bernama Jody untuk membuat suatu kedai kopi yang pertamanya dinamakan "Kedai Koffie Ben dan Jody" lalu kedai tersebut diubah namanya menjadi "Filosofi Kopi (Temukan Diri Anda di Sini)", dikarnakan setiap orang yang minum di tempat tersebut Ben selalu memberikan selembar kertas dan dituliskannya filosofi filosofi yang dibuat sendiri oleh Ben.

Saya tidak bisa melepas buku ini sampai semua Bab nya terselesaikan. Dee sangat pandai menggunakan kalimat dan kata kata yang membuat saya mengucapkan "wiiiiiih" lalu membuat bulu kuduk saya berdiri. Ide yang dimuat dalam cerita cerita dibuku ini juga menarik. contohnya pada Bab ke 18 "Rico de Coro"  Dee menceritakan kisah tentang seekor kecoa jantan yang bernama Rico yang notabene mencintai seorang manusia. Pada Bab ke 2 "Mencari Herman", Dee menceritakan tentang seorang gadis yang terus menerus mencari lelaki yang bernama Herman, dan akhirnya gadis tersebut harus meregang nyawa karna seorang yang bernama Herman.

   Dee adalah penulis yang sangat peka terhadap Ritme dan Tempo dari setiap kalimat yang dia tuliskan, sehingga pembaca bukunya tidak lelah karna harus mengernyitkan dahi sepanjang cerita dibukunya tersebut, dan ini merupakan kelebihan selanjutnya dari buku Filosofi Kopi.

Dalam buku ini Dee juga mencantumkan beberapa Prosa yang "wiiiiiih". diantaranya pada Bab 3 "Surat yang Tak Pernah Sampai". Pada bab ini Dee menuliskan beberapa istilah istilah yang jarang kita dengar dan menurut saya kata kata tersebut adalah kata yang sangat sastra dan kata yang sangat Scienties, diantaranya "Stagnan", "Kosmik". satu kalimat yang membuat bulu kuduk saya berdiri adalah ketika Dee menuliskan:
Kalau saja hidup tidak ber-evolusi, kalau saja sebuah momen dapat selamanya menjadi fosil tanpa terganggu, kalau saja kekuatan kosmik mampu stagnan di satu titik, maka... tanpa ragu kamu akan memilih satu detik bersamanya untuk diabadikan, cukup satu.
cukup lama saya terhenyak ketika membaca seorang Dee menuliskan beberapa "jika" yang membuat saya harus menerka, memahami kata kata itu cukup lama. dan ketika saya berhasil sedikit mengerti maksud tersebut sesaat bulu kuduk saya merinding.

Dee memang seorang penulis yang menurut saya tulisan nya tidak "Encer" (saya mengambil istilah yang pernah beliau tuliskan di blognya) tulisannya padat, berisi dan tidak boros. Dalam buku ini banyak kata kata yang "AHA" (lagi lagi saya mengambil istilah AHA yang pernah beliau tuliskan di blog nya), kata kata yang membuat kita harus berfikir sejenak untuk memahami makna kata tersebut. mungkin dari situlah saya bisa mengambil kekurangan buku ini, mungkin. jujur saya adalah orang yang sangat menggilai semua karya karya Dee dan saya sangat setuju dengan pendapat Goenawan Mohammad pada awal buku ini. buku ini adalah buku yang cerkas, buku yang tidak ruwet, buku yang mematuhi Ejaan dan Gramar, buku yang ditulis oleh seorang eseis yang menunggu, dibalik seorang pencerita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar